Foto : Ki Hadjar Dewantara (salam.ui.ac.id)
Ki Hadjar Dewantara merupakan tokoh bapak pendidikan nasional. Sosok pahlawan nasional ini bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau lahir tanggal 2 mei 1889 yang mana setiap tanggal tersebut diperingati sebagai hari pendidikan nasional. Hal itu untuk menghormati jasa beliau yang luar biasa dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sebagai seseorang dengan latar belakang keluarga bangsawan Ki Hajar Dewantara berusaha turut andil dalam mengupayakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Ki Hajar Dewantara memiliki perhatian terhadap pendidikan karakter bangsa. Setelah masa pengasingannya dan kembali ke Indonesia Ki Hajar Dewantara mencurahkan perhatiannya dalam bidang pendidikan sebagai bentuk perjuangan meraih kemerdekaan. Pada tahun 1854 beberapa bupat mendirikan sekolah-sekolah kabupaten. Tetapi, hanya untuk calon pegawai saja. Kemudian pada tahun 1854 itu juga didirikan "sekolah bumi putera", yang hanya mempunyai 3 kelas. Rakyat hanya diberikan pelajaran membaca, menulis, dan berhitung. Pada tahun 1922 Ki Hadjar Dewantara mendirikan "Taman Siswa" di Yogyakarta sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan Indonesia. Taman siswa berpedoman pada prinsip patrap triloka, yaitu "Ing Ngarso Sung Tuladha", "Ing Madyo Mangun Karsa", "Tut Wuri Handayani". Bagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar (Sugiarta,.Dkk, 2019). Artinya sistem pendidikan itu mampu menjadikan setiap individu hidup mandiri dan berpikir sendiri. Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa; Pendidikan ialah usaha kebudayaan yang bermaksud memberi bimbingan dalam hidup tumbuhnya jiwa raga anak agar dalam kodrat pribadinya serta pengaruh lingkunganannya, mereka memperoleh kemajuan lahir batin menuju ke arah adab kemanusiaan (Ki Suratman, 1987: 12). Terdapat dua kalimat kunci yaitu; “tumbuhnya jiwa raga anak‟ dan “kemajuan anak lahir-batin‟ dapat dimaknai bahwa manusia bereksistensi ragawi dan rohani. Adapun pengertian jiwa dalam budaya bangsa meliputi “ngerti, ngrasa, lan nglakoni” (cipta, rasa, dan karsa). Kalau digunakan dalam istilah psikologi, ada kesesuaiannya dengan aspek atau domain kognitif, domain emosi, dan domain psikomotorik atau konatif. Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki laku hidupnya dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Menurut Ki Hajar Dewantara, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding)memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Merdeka belajar adalah pendidikan yang memerdekakan lahir dan batin peserta didik dan tidak bergantung kepada orang lain. Pendidikan yang memerdekakan merupakan pendidikan yang bertujuan untuk membuat semua siswa dapat belajar tanpa adanya paksaan. Tujuan pendidikan ini agar siswa tidak hanya menjadi pembelajar yang mandiri tetapi mempunyai tujuan membangun kemandirian dan kemerdekaan dari masyarakat.